Adalah
sebuah kelompok yang mulanya hanya berawal dari obrolan beberapa
orang yang mempunyai kegelisahan yang hampir dikatakan sama terhadap
keinginan untuk terus melakukan dan melestarikan proses berpikir,
berpendapat, bermusyawarah dan bertindak. Dan adalah kesenian atau
lebih tepatnya teater yang menjadi sebuah media mengaktualisasi
kegelisahan – kegelisahan mereka. Dari tiga titik kegelisahan tiga
orang, yaitu M.
Zein ( Jesi ), Noorhadi ( Cipo ), Ahmad Zaki
(
Paijan ),
yang berasal dari tiga komunitas yang berbeda itulah akhirnya nama
Segitiga di ambil yang bertepatan pada tanggal 3 Maret 2009. Dan
karena ruang apresiasi yang mereka gunakan adalah kesenian terutama
teater, maka sepakat nama Keluarga Segitiga Teater menjadi sebuah
bendera berkesenian mereka. Kenapa kata “
keluarga ”
menjadi pilihan, karena mereka meyakini bahwa kata “
keluarga “
lebih terkesan mengayomi dan dengan harapan terciptanya sebuah
kondisi yang selalu saling menjaga, melengkapi, membantu, dll. Dan
untuk mengawali langkah awal sebagai sebuah kelompok kesenian teater,
maka proses karya adalah pilihan yang harus segera dilakukan. Dengan
mengedepankan musyawarah anggota, proses – proses itu mulai
dilakukan meski tak jarang batu sandungan menghalang di depan.
Berbekal pengetahuan Zaki
“ Paijan “
yang notabene pernah belajar teater di Teater
Beta IAIN Walisongo
dan Teater
Lingkar Seamarang, Jesi
yang pernah belajar teater di Teater
Gema IKIP PGRI Semarang,
dan NH
Cipo
yang pernah belajar teater di Teater
Poentoen
Kudus dan Teater
Sungsang UMK Kudus,
naskah “ SUGEH MBLEGEDU “ karya Prie
GS
menjadi karya pertama KESET dengan sutradara Zaki
“ Paijan “.
Setelah itu, sempat juga terlibat penggarapan ketoprak di Desa
Wonosoco. Lalu “ DALANG DAN WAYANG “ karya Koko
Sundari
dengan sutradara yang masih sama, yaitu Ahmad
Zaki
menjadi karya kedua yang di pentaskan di 2 ( dua ) kota, yaitu Kudus
dan Jepara. Menggenapi tahun pertama KESET berdiri, karya ketiga pun
tergarap dengan judul “ RENTENIR “ karya Giwing
Purba
sutradara Wisnu
yang dipentaskan secara gratis di Kampus UMK. Setelah itu, mengawali
tahun kedua, KESET pentas keliling 5 ( lima ) desa menjadi pilihan
dengan mementaskan naskah “ WEK – WEK “ karya Anton
Chekov
sutradara Ahmad
Zaki.
Desa Rahtawu, Desa Wonosoco, Desa Lau, Desa Terban, Desa Terban,
Nalumsari Jepara menjadi pilihan pentas keliling desa tersebut.
Setelah melakukan pentas keliling desa tersebut, sebuah saran supaya
KESET mendaftarkan diri menjadi kelompok kesenian dibawah naungan
Dinas Pariwisata. Dan melalui proses yang sedemikian rupa, akhirnya
KESET mendapatkan pengakuan dari Dinas terkait ( Dinas Pariwisata )
dan berlokasi di Desa Rendeng RT 04 RW 06 Kudus. Mengawali tahun 2011
KESET mencoba berkolaburasi dengan beberapa teman – teman yang
berkecimpung di dunia teater di kudus dengan menggarap naskah “
LENG “ karya Bambang
Widoyo Sp
dengan sutradara Ki
Waryoto Giok
yang notabene adalah aktivis dari Teater
Putu
yang dipentaskan di Auditorium UMK Kudus. Lalu KESET mencoba
melakukan sebuah terobosan dengan menggarap naskah “ TUAN KONDEKTUR
“ karya Anton
Chekov
sutradara Jesi
yang
di paketkan dengan workshop keliling sekolah yang diberi tajuk Keset
Go To School ( KGTS ).
Adalah SMAN 1 Gebog, SMPN 1 Kudus, SMAN 1 Bae, MA Darul Hikam yang
menjadi pilihan program ini dan di akhiri dengan pementasan di Balai
Desa Rendeng. Dan di akhir tahun 2011 KESET mencoba berproses lagi
demi menjaga intensitas berkarya dan juga demi menjaga kesinambungan
intern personal dan antar kelompok teater di Kudus. Naskah “
MENGASAH PISAU CUKUR “ karya Hanindawan
dengan sutradara M.
Zein Zb,
yang telah dipentaskan pada tgl 28 Desember 2011 di Auditorium UMK
dan rencananya akan dipentaskan keliling beberapa kota di tahun 2012
ini. Dan untuk mewujudkan cita – cita kami yang kesekian kali, kami
dari KESET ( Keluarga Segitiga Teater ) bermaksud ingin bekerjasama
dengan beberapa pihak untuk mendukung rencana pentas keliling kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar